Boro-boro Full Day, di Sini Muridnya Diuber Masuk Hutan

Maunya saya soal full-day school itu tidak usah diperdebatkan (dulu). Lebih baik mana, diskusi soal full day atau tidak full day sementara di pedalaman masih banyak anak yang tidak terjamah pendidikan sama sekali?

Kenapa menurut saya full day school itu tidak usah didiskusikan? Anak-anak saya bersekolah di sekolah yang sejak lama full day. Kelas satu saja sudah berada di sekolah sampai pukul 13.30. Hati-hati, ya, frasa saya adalah “berada di sekolah”, bukan “dicekoki pelajaran”. (Saya sangat khawatir ada haters yang membelokkan kata-kata saya). Anak saya yang kelas lima “berada di sekolah” sampai pukul empat sore. Saya tidak keberatan walau dalam kenyataannya biaya sekolahnya relatif mahal. Saya puas.

Sekolahnya masuk ke dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Selain mata pelajaran berbasis kurikulum nasional, sekolah ini mengajarkan anak-anak membaca dan menghafal Alquran serta beribadah secara intensif.

Lanjutkan membaca “Boro-boro Full Day, di Sini Muridnya Diuber Masuk Hutan”

Tentang “Berita Angkat Telur” dan “Berita Duit”

journalist-985077_960_720_web

foto by pixabay.com

Dua istilah dalam judul tulisan ini memang memakai tanda kutip. Kalau tidak memakai tanda kutip, saya khawatir maknanya menjadi berita tentang telur dan berita tentang duit. Padahal yang saya maksud bukan itu. Untuk frasa “berita duit”, misalnya, yang saya maksud adalah “berita yang berbau duit”. Nah, saya kasih tanda kutip lagi karena takutnya akan bermakna bau beneran. Tahu kan bau duit seperti apa? Pernah kan mencium bau duit? Nah, bukan itu maksud saya.

“Berita ngangkat telok” dan “berita duit” adalah dua istilah berasosiasi negatif yang akrab dengan kalangan media di Jambi. Telok dalam bahasa daerah ini berarti telur. “Berita angkat telok” bukanlah berita tentang seorang pesohor atau kelompok pesohor mengangkat telur, bukan pula tentang lomba mengangkat telur pada 17 Agustus untuk memecahkan rekor Muri.
Lanjutkan membaca “Tentang “Berita Angkat Telur” dan “Berita Duit””

Antologi Puisi Siginjai Kata-kata

Ternyata buku antologi puisi yang saya sebut pada postingan sebelumnya sudah diterbitkan dan beredar di kalangan sastrawan dan seniman Jambi. Judulnya: Antologi Puisi Sepucuk Jambi Sejuta Puisi; Siginjai Kata-kata 34 Penyair Jambi. Penerbit: Sanggar Sastra Imaji, Dewan Kesenian Jambi, RKM, 2016. Peminat sastra yang tinggal di Jambi, tunggu acara peluncurannya ya…

Puisi-puisi tentang Jambi

Saya menulis tiga puisi ini untuk sebuah antologi yang disiapkan oleh Sanggar Imaji Bangko, Dewan Kesenian Jambi dan Rukam Bangko. Bukunya terbit tahun ini, berjudul “Siginjai Kata-kata” dengan pengantar oleh pengajar cum penyair Dimas Arika Mihardja. 

Pilih Tanah Berhala

telah kubentang sajadah
di tanah berhala

maka tak sujud, tak rukuk
tak tegak allahu akbar
doa-doa pergi

ke ruang remang, remang sekali
gamang, gamang dan ngeri

ini masa meraja pesta,
temaram dan hingar bingar
hingga azan

ini tanah, tanah pilihmu,
tanahmu, tanah kita, tanah berhala

Februari 2016

Paduka di Pulau

mungkin karena paduka di pulau
maka awam tak kunjung pandai

Jambi, Februari 2016

Dari Hantu ke Bau

Kata orang kita muncul dari hantu
mungkin dari zaman batu
lalu menjelma kubu
tak berbaju dan bau

lalu, bertahun-tahun kita tak hantu,
tumbuh di zaman baru,
tapi kubu

bertahun-tahun kita kubu… dan bau

ah, ayolah, kenapa kini kembali hantu,
kubu, tak berbaju… dan bau?

Jambi, 2016

Viralitas Tak Terbendung

graph-retroV
Situs berita online bertumbuh seperti jamur di musim hujan. Dari segi penjangkauan publik –atau dalam istilah media disebut readership, masyarakat pembaca kini boleh meyakini bahwa media online sudah menjadi raja. Ia ditopang sederetan aplikasi media sosial dan, yang terpenting, karakter viralitas.

Berbicara di forum Publish Asia 2016 di Fort Santiago, Manila, Filipina, chairman Jawa Pos Group Azrul Ananda mengakui masifnya gempuran media online. Mengutip Roy Morgan Research 2015, Azrul menyebutkan bahwa tren global Indonesia memperlihatkan penetrasi Internet sebanyak 43 persen dan penetrasi koran tertahan di angka 34 persen. Lanjutkan membaca “Viralitas Tak Terbendung”